Ah, resiko jadi mahasiswa desain: Tugas hampir tiap hari per minggunya ada terus, sering pulang malam gara-gara ngerjain bareng tugas ama teman, uang jajan terkuras untuk membeli peralatan-peralatan seperti kertas linen hitam, dan tak jarang makan pun gak tentu waktunya.
Tapi aku tetap menikmati rutinitas, yang mungkin sebagian orang menganggapnya penyiksaan diri, karena aku percaya inilah jalan takdir yang telah ditentukan oleh Yang Maha Esa. Demi mencapai sebuah impian menjadi seorang desainer web atau ilustrator, aku rela menghabiskan waktu hidupku untuk dicurahkan semua ke perdesainan. Aku percaya semua impian yang dikejar dengan sungguh-sungguh, pasti akan terwujud nantinya.
Badanku rasanya telah terbiasa menerima kenyataan bahwa setiap malam aku harus tertidur dengan kondisi raga yang remuk-redam. Kasur yang empuk tak banyak membantu mengembalikan keadaan tubuhku yang seperti remuk ke keadaan semula. Sehat dan bugar.
Mataku secara lambat namun pasti, terlatih untuk membaca pesan-pesan yang tersampaikan dari segala visual yang tertangkap olehnya. Baik yang tersirat maupun yang tersuratkan secara gamblang pesannya. Selain itu, sedikit demi sedikit, mataku terbiasa menikmati perpaduan warna yang apabila disandingkan bersama akan membentuk sebuah keindahan yang tak ternilai. Walau, masih sering aku keliru dalam pemilihan warna untuk dipadu-padankan.
Tanganku yang ternyata masih saja belum bisa menggambar sebuah objek secara realis, perlahan kian menunjukkan kemampuannya di bidang gambar ilustrasi. Gambar-gambar ilustrasi yang lebih simpel dengan tingkat kompleksitas rendah, sepertinya telah menjadi bakatku yang kian kurasakan. Walaupun dalam diri masih ingin menyempurnakan bentuk di bagian-bagian tertentu, misalkan pada bagian tangan beserta jemarinya.
Namun, ada satu yang tak pernah hilang dari hidupku dari waktu ke waktu. Meskipun aku kini telah resmi menjadi mahasiswa desain semester 3, alunan musik Reggae tetap menyertai langkahku. Reggae tetap memberikan aku kekuatan lebih untuk terus berjuang memerjuangkan nasibku kelak. Aku tak ingin jadi bagian kaum yang dianggap sebelah mata oleh orang-orang yang ngerasa lebih dari lainnya.
Sekian coretan hati dariku sebagai seorang mahasiswaa desain. Terimakasih atas waktu yang telah diluangkan untuk membaca cerita yang tertoreh secara sederhana ini. Sampai jumpa di lain kesempatan, kawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar