Kura-kura brazil dikenal juga sebagai red-ear slider (RES) atau dalam bahasa latin trachemys scripta elegans. Hal ini disebabkan adanya semburat warna merah tepat di belakang matanya sehingga menyerupai telinga berwarna merah.
Kura-kura brazil berasal dari bagian selatan Amerika Serikat. Tidak heran setiap tahunnya, ada sekitar 3-4 juta ekor kura-kura yang diekspor dari negara tersebut. Hal ini dikarenakan daya tahan kura-kura brazil yang kuat membuat mereka mudah beradaptasi dengan lingkungan manapun. Umumnya, kura-kura brazil itu berasal dari pertenakan di Louisiana dan Mississipi. Karena penyebarannya yang cukup pesat maka hewan ini sekarang dengan mudah ditemukan di banyak tempat di dunia.
Di alam bebas, kura-kura brazil dapat hidup sampai 20 tahun, sedangkan dalam pemeliharaan yang baik, kura-kura ini mampu bertahan lebih dari 30 tahun. Maka dari itu, dianjurkan untuk memeliharanya dengan baik guna mempertahankan jumlah populasinya.
Sayangnya, populasi alami kura-kura brazil mengalami tekanan intensif dari para manusia. Luasnya penyebaran dan tidak adanya pengontrolan terhadap perdangan membuat populasi mereka tertekan semakin parah.
Tingkat kematian kura-kura sangatlah tinggi setiap tahunnya, yang disebabkan oleh stres, penyakit, kekurangan gizi, populasi yang terlalu padat, dan lain sebagainya. Mayoritas kematian mereka dalam jangka waktu kurang dari 1 bulan. Maka dari itu, banyak aktivis lingkungan hidup telah menolak perdagangan kura-kura brazil dengan alasan perdagangan tersebut telah membuat banyak yang mati prematur. Sungguh keadaan yang memprihatinkan.
Tortoise Trust menginginkan adanya penerapan hukum: semua hewan eksotik (terutama kura-kura) hanya dapat dijual jika disertakan petunjuk tentang hal-hal mendasar dalam pemeliharaannya. Ironisnya, hukum itu nyaris tidak pernah dijalankan. Seandainya saja, para pembeli sejak awal memiliki pengetahuan dan info tentang cara pemeliharaan dan segala risikonya, maka kematian prematur ini tidak akan terjadi.
Kura-kura ini mungkin hanya dipandang sebagai makhluk kcil yang dapat dipelihara di tempat yang ala kadarnya. Padahal tubuh kura-kura dapat berkembang semakin besar. Seiring berjalannya waktu, tentu semakin besar pula biaya yang harus kita keluarkan. Harga bayinya yang berkisar Rp 15.000/ekor, akan memerlukan biaya setidaknya 100 kali lipat untuk keperluan perlengkapan agar dapat terawat dengan baik, seperti akuarium, heater (pemanas), filter, lampu UV, lampu neodymium, dsb. Tentu saja belum termasuk biaya tambahan untuk membeli vitamin, obat-obatan, serta pemeriksaan ke dokter hewan.
Jadi berpikirlah ulang sebelum memutuskan memelihara RES dengan segala konsekuensi di baliknya. Tak heran jika muncul istilah KURA-KURA BRAZIL: MURAH TAPI MAHAL. Murah untuk membelinya, TETAPI mahal untuk segala perlengkapan untuk memeliharanya.
Masih berminat untuk memeliharanya?
Jika iya, silahkan lanjut ke Fisik Si Imut Kura-Kura Brazil....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar