Radik Sahaja, lahir di Surabaya - Jawa Timur, 11 Oktober 1991, dari pasangan Priyoko dan Ine Indrati Sigit. Bapak Radik berprofesi sebagai wartawan, sedangkan Ibu Radik bekerja sebagai P.N.S di DepKes. Mulai dari bayi sampai awal tahun 1994, keluarga Radik tinggal di rumah di daerah Bratang Binangun, bersama nenek-kakek dari ibu. Karena kedua orang tua bekerja, Radik dititipkan di Tempat Penitipan anak setiap pagi sampai sore. Pada tanggal 15 Agustus 1994, Radik mendapatkan adik laki yang diberi nama Daya Hatta. Pada awal tahun 1995 sampai akhir 1995, mendiami rumah di daerah Baratajaya No. 18.
Akhir Desember 1995, Radik bersama bapak, ibu dan adik, pindah rumah ke perumahan Wisma Gunung Anyar (Wiguna) – Rungkut, dan menempati sebuah rumah sederhana di JL. Wiguna Tengah VIII/25. Pada umur 5 tahun, mulai masuk ke TK Lestari. Setelah lulus dari tingkat nol besar, Radik melanjutkan sekolah di SDN Medokan Ayu II (MA II).
Pada Mei 1999, Radik berpisah dengan orang tua, karena Ibu Radik harus sekolah di Philipines. Selama mereka di Philipines, nenek-kakek menemani Radik di rumah Wiguna. Namun, karena tak kuat lama-lama berpisah dengan anak-anaknya, ibu menyuruh bapak untuk menjemput Radik dan Daya untuk menyusul ke Philipines. Oleh karena itu, pada bulan November, terpaksa sekolah Radik harus berhenti di tengah jalan di tingkat kelas III, dan melanjutkannya di sana.
Di Philipines, kami berempat tinggal di perumahan milik Mr. Palad, di Ruby Street, Los Bannos. Orang tua tak mau Radik dan Daya tak sekolah, maka dari itu kami berdua di masukkan ke sebuah sekolah yang bernama Holly Angel School. Tapi kami berdua harus sekolah di tingkat yang sama seperti di Indonesia agar menyesuaikan keadaan. Waktu tak terasa oleh Radik karena kehangatan orang Philipines membuat Radik betah di sana. Radikpun punya beberapa teman disana, antara lain Daren, Dairil, Widia, Abu, Ronello, Jessica, Ruzzel, & Mia. Di akhir Oktober 2000, masa sekolah Ibu Radik berakhir, dan kami harus kembali ke Indonesia. Dari Philipines, kami menuju Bandara Ngurah Rai – Bali untuk liburan.
Setelah liburan beberapa hari di Bali, Radik sekeluarga kembali ke Surabaya. Kehidupan Radik kembali menjadi orang Indonesia lagi. Radik kembali bersekolah di SD yang sama untuk kedua kalinya. Tapi, lagi-lagi Radik terpaksa harus kembali ke kelas III Mengulang setahun lagi, bukan karena tidak naik, tapi dikarenakan surat perjanjian dengan kepala sekolah, Bapak Karomen, yang dibuat sebelum Radik pindah ke Philipines.
Waktu terus berputar maju, tahunpun terus bergerak ke depan. III tahun kemudian, Radik berhasil mencapai tingkat kelas VI tanpa ada masalah yang berarti. Di kelas VI, Radik menemukan guru yang paling berpengaruh dalam hidup Radik, yaitu Pak Mustofah atau yang akrab dipanggil Pak Fah. Di akhir kelas VI, Radik diselimuti rasa was-was karena akan menghadapi UAN. Tapi alhamdulillah, berhasil lulus dengan nilai yang lumayan bagus.
Setelah lulus dari SDN MA II, Radik melanjutkan pendidikan ke SMPN 35. Di tingkatan pertama Radik menempati ruang kelas 7F, yang diwali-kelasi oleh Ibu Rr. Diestrini (Bu Rini). Kemudian di tingkatan kedua, pindah ke ruang kelas 8C, diwali-kelasi oleh bapak Samali (Pak Sam). Pada tingkatan kedua ini, Radik mulai mengenal apa itu cinta. Radik mulai tertarik dengan seorang gadis bernama Dewi Permata Sari, tapi ia menolak Radik, dan akhirnya menjadi sahabat sampai sekarang. Selain mengenal rasa tertarik dengan lawan jenis, Radik menjalin persahabatan dengan Dyah Tursina, Atika Nazarah Husna, Sri Handayani, Nurul Aini, Rizki Amin Yasir dan Rizal Aditama. Belum lagi di tingkatan ke-8, menjadi puncak kenakalan semasa SMP. Pergaulan Radik pun mulai menginjak dunia maya. Radik diajak teman untuk gabung dalam situs pertemanan, Friendster. Radik mulai menggunakan nama samaran Rasa, yang merupakan singkatan dari nama lengkapnya. Dari situ Radik mulai tertarik dengan musik Reggae, karena tertarik akan warna simbol Reggae (merah-kuning-hijau) yang indah. Kemudian, di tingkatan terakhir, Radik menempati ruang kelas 9F, wali kelasnya adalah Ibu Budi Sutjiningati (Bu Budi). Di tingkatan ini, Radik mulai lebih belajar bersikap dewasa dari sebelumnya. Karena Radik harus mengurangi kenakalan, dan harus lebih banyak belajar lagi untuk menghadapi UAN.
Hampir setiap sore dan malam dalam seminggu, Radik berjuang guna memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya. Di sore hari, Radik harus bersepeda motor ke tempat kursusan, Ipiems dan kediaman Pak Hardio. Dan malam harinya, harus belajar dengan guru privat, yang bernama Pak Yayan. Dan tak lupa juga tentunya, setiap saat Radik mendirikan sholat dan bertawakal kepada Allah SWT. Alhamdulillah, berkat perjuangan itu Radik berhasil melewati UAN dengan lancar.
Acara refreshing setelah penat menghadapi UAN diadakan oleh pihak sekolah dengan tempat tujuan Pulau Dewata, selama 3 hari 3 malam. Di Bali, Radik benar-benar ingin menghabiskan setiap waktu untuk dekat dengan sahabat-sahabat. Tapi sayang, Dyah tidak bisa ikut serta.
Setelah seminggu setelah itu, tanggal pengumuman kelulusan tiba. Rasa deg-degan mulai meletup-letup lagi. Tapi alhamdulillah, Radik berhasil lulus. Walaupun nilai keseluruhannya meleset dari target.
Tapi, sepertinya Radik tidak bisa meneruskan sekolah lagi di Surabaya. Karena ibu harus pindah kerja ke kantor DepKes di Jakarta. Hal itu membuat Radik harus mengenang segala kejadian yang dijalani di Kota Pahlawanku.
Masalah belum berhenti di situ. Karena orang tua belum memiliki rumah di daerah Jakarta, Radik dan Daya dititipkan di rumah nenek-kakek di Cianjur. Radik dititipkan di rumah nenek-kakek sejak tanggal 30 Juni 2007 sampai sekarang. Sedangkan Daya, harus pindah ke Pondok Al Ihya di Bogor mulai dari kenaikan kelas 2 SMP yang lalu. Awalnya, Radik tak suka tinggal di Cianjur, tapi lama-lama terbiasa juga.
Di Cianjur, Radik melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Cilaku – Cianjur. Pada awal masuk, Radik menempati ruang kelas X-8 yang diwali kelasi oleh Bapak Ahmad Suryana. Berbeda bahasa lagi-lagi menjadi kendala dalam besosialisasi. Pada awalnya, Radik sering dijadikan mainan oleh anak-anak yang jahil, salah satunya Tri Parjoko. Tapi berkat beberapa sahabat (Euis Novita, Resi Alviani, Nita Noviawati, Tea Lestari, Agus Hidayatullah, Ibnu Malik, & Faturochman), Radik mulai mengerti sedikit tentang bagaimana kehidupan di Cianjur. Radik juga mengikuti ekskul T.I (Arlogy) dari semseter 1 dan Gempala di semester 2. Tapi pada tengah semester 2, Radik keluar dari keanggotaan Gempala.
Di bidang akademi, untuk pertama kalinya, Radik berhasil masuk 10 besar pada semester I, peringkat ke-7 di kelas. Dan meningkat menjadi peringkat ke-2 pada semester II. Kemudian Radik melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu kelas XI. Radik memilih jurusan IPA, karena diarahkan orang tua agar bisa membuka jalan untuk Radik mencapai cita-cita menjadi seorang designer grafis.
Di kelas XI, Radik terdaftar sebagai murid kelas XI IPA 2. Tapi, Radik mengalami kemunduran dalam hasil belajar. Radik jauh jatuh menempati peringkat ke-8 dari 42 murid.
Di bidang non-akademi, Radik dipilih menjadi wakil ketua Arlogy. Selain itu, untuk menyalurkan hobi dan mengembangkan bakat, Radik mendaftar menjadi anggota Assast. Pada saat reorganisasi, Radik ditunjuk untuk menjabat sebagai Seksi Seni Rupa bersama Ginanjar.
Sama seperti sebelumnya, di kelas XI Radik juga menjalin persahabatan dengan beberapa orang, yaitu Sinta Sepitana Fauziah, Nevi Yulianti, Nur Amalina F., Woro Sekar Ayu, dan Nurul Amanah Ambar. Selain itu, Radik juga memiliki SauMay (Saudara Maya) Isminur Putri (Puput, dari Tulungagung), Fitri Rahmawati (Fitri, dari Sukabumi), dan Puspa (Pupaa dari ) serta Defita Ade Aprelia (Kadek, dari Bali). Sayang, kini Radik tak lagi bisa berhubungan dengan Kadek, karena terjadi kesalah pahaman diantara Radik-Kadek.
Dan sekarang, Radik telah berada di puncak level terakhir dari masa SMA. Radik menjadi bagian dari kelas XII IPA 2. Namun semenjak kian merasakan ketidaknyamanan berlama-lama berada di kelas, dikarenakan lingkungan yang dirasakan kurang bersahabat, Radik berkelana ke kelas orang lain. Dan Radik menemukan kelas XII IPA 4 yang dirasakan memiliki separuh jiwanya yang pergi. Di kelas XII IPA 4, Radik mendapatkan beberapa teman dekat selain Nurul Amanah Ambar; ada yang bernama Listia W. S., Ernis, Dyah A., Nisa, Yeti, dan Rika D.
Perkembangan di dunia mayapun Radik berkembang lumayan pesat. Radik mulai berani menjamah social networking selain facebook. Dan untuk facebook, Radik sudah mengantongi teman lebih dari 2.000. Memang bukan hal yang baru untuk dibanggain, karena Radik yakin teman-teman pasti lebih banyak teman facebook-nya. Untuk dunia Per-Saumay-an, Radik memiliki 'mainan' baru bernama Onih alias Cantika.
Setelah beres UN tahun 2010, Radik menghadapi banyak sekali ujian, ada ujian praktik, ulangan akhir sekolah, dan belum lagi SIMAK yang akan diikuti pada tanggal 11 April 2010 nanti. Dan meskipun hasilnya tak lolos seleksi SIMAK tahun ini, aku bahagia karena bisa diterima di Universitas Paramadina dengan jurusan yang aku inginkan, Desain Komunikasi Visual. Dan sekarang telah memasuki semester 2 yang cukup menantang dibandingkan dengan semester sebelumnya. Yang cukup menantang dan harus mengerahkan seluruh kemampuan untuk mengejar target IP minimal 3,5, dikarenakan sebelumnya hanya memperoleh IP 3,3.
Masalah percintaan, sampai hari ini, Radik baru satu kali menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis berinisial "E.P.S". Tapi itupun hanya berjalan selama 1 minggu. Karena ada ketidakcocokan yang membuat Radik kecewa berat pada E.P.S. Dan semenjak itu, Radik kurang berani membuka diri untuk berjuang mendapatkan orang yang Radik kagumi. Tapi bukan berarti Radik menjadi penyuka sejenis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar