Kamis, 31 Januari 2013

Cahaya Dalam Kotak Kaca


“Impian.. suatu hal yang wajib dimiliki semua manusia untuk menggantungkan tujuan hidup yang lebih bermakna”
            Aku banyak mendengar cerita teman-teman mengenai keberhasilan mereka dan betapa mudahnya mereka menjalaninya. Kesalutan dengan menjadikannya suatu motivasi untuk diriku. Bercermin dalam kesuksesan orang-orang diluar sana.
            Aku mulai membuat mimpiku saat aku mengetahui suatu cerita seorang yang memiliki banyak mimpi dan bukan mimpi yang biasa tetapi mimpi-mimpi yang dia tulis dalam bukunya. Bukan sepuluh tetapi ratusan mimpi yang dia tulis dalam buku catatannya. Dan dia berusaha untuk menjalani semua mimpi-mimpinya itu. Berjalannya waktu dia berhasil menyelesaikan semua mimpinya, selanjutnya dia membuat catatan mimpi-mimpi barunya.
            Dari sanalah aku merasa tidak perlu takut untuk bermimpi bahkan untuk mimpi-mimpi yang mungkin semua orang ragukan apa aku bisa melakukannya ? yaah awalnya aku hanya memikirkan apa yang aku inginkan. Aku menulis apa yang menjadi anganku selama ini dalam berbagai hal.
            Tetapi dalam mimpiku, aku sangat menginginkan menjadi orang yang berguna agar mudah untuk mendapatkan yang terbaik kedepannya. Dimana saat semua ingin merasa tidak terbebani oleh banyak hal, tetapi aku sangat menikmati setiap hal yang sedang aku jalani. Karena itu semua adalah proses dalam setiap perjalanan hidup.
            Banyak aku mendengar kegagalan dalam setiap mimpi juga, dimana semua orang yang merasakan gagal harus berpikir kembali bagaimana cara agar bisa melawati kegagalan ini. Perjalanan ini adalah suatu tantangan. Mengingat ini semua, aku mengingat seorang sosok yang sangat berarti dalam hidupku. Ayah. Disatu sisi aku sangat benci untuk di remehkan oleh orang lain. Bukan bermaksud mau di puji juga, tetapi ingin dihargai.
            Mungkin aku merasa sudah mematahkan semua tantangan dari ayahku, tetapi aku belum merasa puas, aku menyebut tantangan karena hal yang ayah katakan untuk aku mencoba semua hal yang ia ragukan untuk aku lakukan. Mungkin dari anaknya yag merasa tidak puas dan egois hanyalah aku. Kadang aku berpikir kenapa ayah meremahkan aku tetapi selalu memberikan aku semangat. Karena rasa sayangnya yang menginginkan anaknya untuk selalu bisa lebih dari yang lain dan bahkan lebih dari dirinya.
“orangtua adalah sosok penopang hidup, dimana saat terjatuh merekalah yang membantu untuk bangun dengan berbagai caranya. Begitu juga kita sebagai anak, ketika kita bangun angkatlah orangtua kita. Di saat itu mereka merasa apa yang mereka berikan telah dibalas kebaikan mereka”
            Ayah dan ibuku mungkin sosok yang sangat menginginkan anaknya besar lebh dari apa yang mereka bayangkan. Dimana mereka takut ketika anaknya memiliki angan yang terlalu tinggi. Terbukti aku jatuh berkali-kali. Memang menyakitkan, seperti halnya keinginanku ingin menjelajahi Jepang. Sangat menyukai negara itu dan menjadi terobsesi untuk kesana hingga sekarang. Dengan merasa percaya diri aku pergi ke suatu kota untuk mengikuti tes pertukaran budaya, dan pastinya aku memilih Jepang sebagai negara tujuanku nantinya. Perjuangan untuk itu aku lewati dengan jarak yang tidak dekat dan berharap tinggi akupun jatuh untuk merasakan kegagalan. Tapi Allah memang baik, disaat aku gagal itulah baru aku mengetahuinya bahwa ketika kita diterima sebagian penghasilan orangtua akan di ambil sekian persennya. Impianku bukan ingin menghabiskan banyak pendapatan orangtua, tetapi sebaliknya. Jujur bukanlah beban yang ingin aku berikan tetapi suatu pembalasan untuk mereka.
            Tidak berhenti disana saja. Saat lulus SMA aku mencoba mengikuti beasiswa ke Jepang. Seperti biasa, orangtuaku menyemangatiku, mengatakan jangan menyerah terlebih dahulu coba dan terus berdoa. Mungkin ketika aku merasa sedikit ragu, nyaliku bener-bener di uji. Disaat aku marasa ragu dengan nilaiku, tetapi aku harus mengubah pikiranku lalu mengatakan ‘aku bisa’agar dalam alam bawah sadarku aku bisa melewati ini semua. Aku tidaklah bermimpi terlampau jauh agar aku bisa ke Jepang, yang aku pikirkan adalah semoga kertas yang aku kasih tidak hilang. Hehe. Bukan itu sih yang aku pikirkan, tetapi aku memikirkan bagaimana apakah aku bisa lulus untuk ketahap selanjutnya ? Itu yang kupikirkan. Satu bulan dalam penantian, dua bulan dalam penantian. Saat itu tukang pos mengantarkan surat yang ia katakan bahwa itu surat penerimaan beasiswa. Saat itu aku tidak berada dirumah. Ibuku yang bilang. Dan benar saja aku mendapatkan beasiswa, tetapi bukan beasiswa ke Jepang melainkan keperguruan tinggi di Jakarta. Aku sudah merasa kecewa dengan hasilku dan aku merasa pasrah mungkin belum saatnya aku pergi ke Jepang. Disaat aku merasa jatuh seperti itu, seorang tukang pos mengantarkan surat. Sebuah beasiswa lagi untukku, tetapi kali ini juga bukan untuk ke Jepang tapi ke perguruan tinggi di Malang.
            Dari sinilah yang bisa aku pikirkan, Allah memberikan kesempatan yang lain sebelum mendapatkan apa yang aku inginkan. Jalan untuk aku berusaha harus masih diuji. Seberapa usahaku untuk pergi ke Jepang. Dengan ke ikhlasan aku tidak menerima kedua beasiswa itu, aku tetap ingin Jepang.
            Tapi yaa sudahlah mungkin belum jalannya aku harus pergi ke Jepang. Tapi intinya disini aku lebih merasakan Jepang lebih dekat denganku, ini yang buat aku menjadi semangat untuk terus mencoba. Aku merasa tidak gagal tetapi aku merasa ada suatu tantangan yang sangat besar untuk pergi kesana. Dan disini juga aku merasa ini adalah pembekalan mental untuk kedepannya. Aku tidak melihat kegagalan sebagai beban dan menjadikan aku menjadi seorang yang mudah putus asa. Tetapi menjadikan orang yang lebih memaknai perjalanan setiap hidup yang aku pilih sendiri jalannya, menjadikan orang lebih percaya diri. Suatu hal yang mustahil bagi orang biasa seperti aku untuk bermimpi bisa pergi ke Jepang. Aku tidak ingin menutup mataku sebagai orang yang selalu pasrah dalam menjalani setiap kesuksesan yang tertunda. Tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Mungkin banyak keberhasilan yang aku dapatkan tetapi aku tidak ingin membahas tentang itu.
            Mungkin kita semua dapat merasakan sebuah keberhasilan yang jauh lebih baik dari apa yang kita rasakan dari kegagalan. Sebaliknya, jika ada orang yang mengatakan dia akan mengubur semua kegagalannya agar tidak merasa gagal untuk selanjutnya. Lain hal dengan aku, mungkin aku tidak mengingatnya dengan suatu hal yang membuat kita jatuh tetapi menjalani suatu hal itu untuk mencobanya lagi dengan cara yang berbeda, dengan lebih baik. Dengan cara yang berbeda, mungkin berbeda pula kesempatan yang kita dapatkan dalam keberuntungan.
            Kita melakukan banyak hal dalam kehidupan ini tetapi rata-rata semua itu secara tidak sadar. Ketika kita menginginkan menjadi seseorang yang tidak ingin merugi, jangan pernah takut untuk menghadapi suatu kegagalan itu. Malu ? jelas, tapi apa tidakkah berpikir itu suatu pembelajaran mental dimana semua orang suksespun diuji mentalnya dalam menjalani kehidupan menuju kesuksessannya itu ? Setiap manusia harus memiliki keinginan yang banyak agar bisa merubah jalan hidup yang mungkin akan membosankan kedepannya, dan ketika mendapatkan suatu kegagalan pasti akan ada suatu pembelajaran yang berharga dimana kita akan berpikir untuk tidak masuk kedalam lubang yang sama “sebaiknya jangan menyerah begitu saja, coba kembali” dan yang pasti suatu kesempatan dimana kita akan mendapatkan perubahan dari suatu kegagalan itu menjadi kesuksesan ketika adanya suatu kesempatan untuk itu.
            Benar saja, aku merasakan banyak orang-orang di sekelilingku untuk membantu dan menyemangatiku. Aku bertemu dengan orang-orang yang tidak pernah bermain-main dalam hidupnya, mereka menjalani kehidupan dengan banyak impian. Salah satu misterku tempat aku belajar bahasa inggris dia melihat kesungguhanku dan dia memperkenalkan muridnya yang belajar di Jerman yang kebetulan sedang pulang ke Indonesia. Sangat menyenangkan berbicara berbagai hal dengannya, dan muridnyapun  berharap aku dapat mengikutinya ke Jerman.
            Impianku mulai bartambah, semakin banyak impianku yang telah aku tulis tapi entah kapan aku dapat mendapatkan semuanya. Jerman yaah. Ini suatu penawaran yang sudah pasti sulit. Aku harus mengejar semuanya tetapi mungkin waktu belum bisa menbawaku untuk mencobanya. Tetapi ketika aku baru lulus SMApun aku di berikan informasi dari guru sekolahku tentang sekolah di Jerman.
            Dan yaa ini memang tempat yang tepat untuk bisa lanjut ke Jerman untuk belajar kesana. Aku tapi saat itu aku sedang persiapkan tes untuk ke perguruan tinggi yang sekarang menjadi tempat belajarku dan saat itu juga aku sedang menunggu pengumuman di perguruan tinggi lainnya.
            Yayasan yang bisa membawaku ke Jermanpun mengingatkan batas waktu agar aku bisa mengikuti kelas sebelum keberangkatan ke Jerman. Yang menjadi buah pikiranku adalah biaya yang harus di siapkan adalah delapan puluh empat ribu euro bayangkan betapa banyaknya jika di rupiahkan? Meskipun aku akan dicarikan orangtua asuh disana tetap saja pasti akan ada pengeluaran biaya. Hubungan aku dengan pemilik yayasan tersebut baik, sehingga tak jarang dia menanyakan apa aku telah di terima atau belum dan tak jarang juga dia menyemangatiku juga karena dia tahu bahwa aku murid dari temannya.
            Pengorbanan untuk melepas itu semua tidak berhenti begitu saja, ketika aku telah di terima di perguruan tinggi lainnya tetapi yang aku tunggu adalah pengumuman di perguruan tinggi yang sekarang telah menjadi tempatku belajar. Untuk daftar ulang di perguruan tinggi yang berada di jakarta, yang sudah memberikan pengumuman terlebih dahulu hanya memberika waktu untuk daftar ulang seminggu dari pengumuman yang di berikan sedangkan pengumuman dari perguruan tinggi tempatku kuliah sekarang pengumumannya ketika penutupan daftar ulang di perguruan tinggi di Jakarta. Aku harus memilih di antara keduanya. Aku harus merelakan satu diantara aku tetap menunggu tetapi belum tahu apakah aku akan di terima atau aku harus menolak yang di Jakarta dan tidak di terima di tempatku sekarang.
            Pilihan itu selalu menjadi hal yang tersulit. Tetapi ketika kita harus merelakan yang lain maka yang terbaiklah yang di dapatkan. Aku tidak menyesal sama sekali ketika semua itu aku relakan. Aku selalu menginginkan kuliah di luar kota agar dapat mandiri dan bisa membuktikan kepada kedua orangtuaku bahwa aku bisa.
            Disini aku menghargai impian yang ada dalam diriku dan aku membahas tentang kegagalan, karena dari kegagalanlah impian dari segala impian itu bisa di dapatkan. Terbukti sekarang rasa kenyamanan yang aku dapatkan ketika aku kuliah disini. Aku merelakan semua yang telah datang untuk diriku dan aku telah gagal untuk mendapatkan impian terbesarku. Dan sekarang aku mendapatkan impianku yang insyaallah membuatku lebih semangat untuk masa depan. Yaitu menjadi disainer.
            Aku terbiasa dengan semua hal yang menantang diriku untuk selalu bisa melakukan banyak hal. Agar aku pun terbiasa melatih mentalku untuk ke depannya. Mengikuti segala kegiatan yang bisa membuat aku memiliki sikap memandang masa depan lebih baik. Karena orang yang hidup tanpa memiliki pengalaman yang banyak, maka dia tidak akan pernah dapat belajar lebih baik tentang kehidupan.
            Mungkin banyak impianku yang bisa di sambung dalam cerita ini tapi yaa inilah yang ingin aku sampaikan “Cahaya dalam Kotak Kaca” dimana suatu hal yang diinginkan lebih dari apa yang diimpikan akan kita dapatkan ketika kita dapat membuka segala sudut dengan penuh pengorbanan.
            Maknailah impianmu sebaik mungkin karena impianmu itu mungkin akan menjadi suatu kenyataan yang pastinya akan membuatmu bernafas lega di keudian hari. Dan impianku untuk ke Jepang akan aku simpan sebagai impianku yang suatu saat nanti aku dapat pergi kesana.
(karya: Adlinda Firdienta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar