Sabtu, 11 Februari 2012

HELLOFEST8 (Part 1)

Kali aku ingin berbagi cerita tentang pengalaman pertamaku mengunjungi Hellofest yang ke-8. Acara tersebut diadakan pada tanggal 4 Februari 2012 di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Indonesia. Aku yang baru mendengar kata "HELLOFEST", dari seorang teman, tak tertarik sama sekali. Dalam benakku, apa Hellofest merupakan penggabungan HELL-OF-EST?
Dan pikiran tersebut terus tertanam di dalam benakku.Sampai akhirnya ada seorang teman (Farid namanya; dia juga merupakan salah satu voluntir pada acara tersebut) yang memberikan selembar undangan berupa kartu pos untukku. Dari awal melihat kartu pos itu, aku sudah antusias (tak sabar rasanya) untuk segera menghadirinya. Sampai detik itu aku masih belum mengerti apa sebenarnya Hellofest itu.

"Eh Rid, Hellofest itu acara apa sih?" tanyaku.
"Hmm..itu merupakan acara tahunan buat insan kreatif Indonesia untuk unjuk karya dan kebolehannya masing-masing," Farid mencoba menjelaskan.

Dari penjelasan itu aku semakin memantapkan diri harus datang ke acara tersebut. Pada hari H yang telah ditunggu-tunggu, aku bersama 3 temanku berangkat dari asrama anak 2010 di belakang Universitas Paramadina. Pada rencana awal, aku dan 5 temanku lainnya (Rizal, Taufik, Rheza, Vinzki, dan Yudhi) sepakat untuk berkumpul di asrama dan berangkat ke Balai Kartini sehabis asar. Namun, pada siang harinya aku mendapat pesan teks dari Rheza bahwa ia tidak bisa ikut serta karena harus pergi ke Plasa Blok M. Yudhi tidak memberikan kabar apa-apa. Namun, Taufik memberitahuku bahwa Yudhi dan Vinzki tidak ikut juga. Akhirnya tinggal kami bertiga. Aku janjian dengan Taufik untuk bertemu di asrama jam 2. sore. Namun ketika hendak berangkat, hujan turun.

Tak ada yang boleh menghentikanku untuk menghadiri acara yang disponsori Mandiri. Aku menerjang derasnya hujan yang turun dengan Vegaku. Jas hujan yang kukenakkan sudah sangat lama, sehingga di beberapa bagian tidak lagi mampu menahan air hujan untuk masuk. Aku tak peduli.

Jalur yang aku lalui lebih macet dari biasanya karena hujan. Aneh, ibu kota negara kok masih terendam banjir setiap hujan datang mengguyurnya? Apa uang dari pajak tidak dipakai untuk menanggulangi banjir dan hanya mengatakan banjir adalah bencana alam?

Sebenarnya banjir bukanlah bencana alam. Banjir terjadi karena manusia sendirilah yang merusak keseimbangan alam. Mengapa selalu saja menyalahkan alam, hujan, dan Tuhan jika banjir melanda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar