Sabtu, 11 Februari 2012

Valentine dan Kisah Kelam di Baliknya

Tanpa terasa, kita sudah berada di penghujung minggu kedua bulan Februari di tahun 2012 ini. Dan seperti yang kita ketahui, di bulan Februari ini ada satu tanggal berwarna merah mudah. Yap, tanggal 14 Februari. Tiga hari lagi. Seperti yang kita ketahui, tanggal tersebut merupakan hari kasih sayang bagi mayoritas manusia (terlebih para kawula muda) di dunia. Hampir di semua negara di dunia ini bersuka cita menyambut datangnya hari kasih sayang tersebut. Tanpa terkecuali di bumi pertiwi, tidak sedikit pula para remaja Indonesia yang merayakan hari "sakral" itu.

Dan mayoritas dari mereka yang merayakan di tanah "merah-putih" ini merayakannya tanpa mengetahui sama sekali sejarah dan makna di balik perayaan valentine. Hanya tahu di saat hari kasih sayang nanti kita saling bertukar cokelat, memberi bunga kepada pasangan, dan menghabiskan malam yang singkat dengan hal-hal indah yang tak akan terlupakan. Bisa disimpulkan, para "Garuda Muda" hanya mengikuti gaya orang-orang di luar sana. Hari kasih sayang merupakan sebuah tren. Dan lambat laun akan menjadi suatu kebiasaan. Gengsi kalau tidak merayakannya, terlebih jomblo di kala melewati malam valentine itu sendiri. Dan dari sanalah semakin bermunculan penyedia jasa kencan spesial valentine. Sungguh miris aku melihat kenyataan tersebut.

Oleh sebab itu, aku mencoba menelusuri jejak-jejak sejarah kelam di baliknya. Aku berharap semua remaja tersebut, menyadari bahwa apa yang dinamakan Valentine adalah hari yang sama sekali tak patut untuk dirayakan. Terlebih dalam budaya ketimuran, baik tanggal 14 Februari maupun tanggal lainnya sama saja. Setiap hari merupakan hari yang penuh akan kasih sayang. Saling menyayangi satu sama lain. Namun sayangnya, ada pihak-pihak asing yang mengaduk-aduk ke-Bhinneka Tunggal Ika-an kita. Dapat kita saksikan seringnya pertumpahan darah dimana-mana, dan banyak sekali nyawa melayang hanya karena masalah sepele.

Berikut ini hasil "wangsit" dari Mbah Google.


SEJARAH PERTAMA

Valentine (berasal dari nama St. Valentinus) merupakan nama seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-3. Ia hidup di kerajaan yang pada masanya dipimpin oleh seorang kaisar yang terkenal sangat kejam, Kaisar Claudius. Dan Valentine teramat membenci kaisar tersebut. Sang kaisar yang berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya tersebut bergabung ke dalamnya. Sayangnya, keinginan itu kurang mendapat respon dan dukungan, dikarenakan pada saat itu para pria enggan terlibat dalam peperangan. Mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan sang kekasih hati. Kaisar Claudius pun marah besar. Kemudian, sang kaisar memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.

Sang kaisar berfikir bahwa jika pria tidak menikah, maka dengan senang hati mereka akan bergabung dengan militer. Dan di saat itu, ia lantas melarang adanya sebuah pernikahan. Para pasangan muda menganggap itu sebuah keputusan yang sangat tidak masuk akal. Namun, Valentine menolak ide gila tersebut. Ia menentang ide gila itu dengan tetap menikahkan pasangan yang tengah kasmaran. Meskipun diadakan secara rahasia. Lambat laun sang kaisar mencium ketidakberesan terjadi di kerajaannya. Ia mengetahui adanya sebuah pemberontakan yang dilakukan St. Valentinus. Ia pun memberi peringatan keras kepada St. Valentinus, tapi sama sekali tak dihiraukan olehnya. St. Valentinus tetap menikahkan pasangan meski hanya di tempat yang berpenerang cahaya lilin.

Sampai suatu malam, sang kaisar berhasil menangkap basah St. Valentinus. Sang kaisar benar-benar murka semurka-murkanya. Lalu ia memerintahkan pasukannya untuk menangkap St. Valentinus dan menjebloskannya ke penjara. Beruntung pasangan yang hendak dinikahkan itu berhasil melarikan diri. St. Valentinus divonis hukuman mati dengan cara dipenggal kepalanya. Tanggal 14 Februari merupakan tanggal pemenggalan yang ditetapkan oleh sang kaisar. Sebelum dibawa ke tempat pemenggalan, St. Valentinus sempat menulis sepucuk surat untuk kekasihnya seorang gadis anak sipir tempat ia dipenjarakan. Pada akhir surat, ia menulis "Dengan Cinta dari Valentinemu". Pesan terakhir itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya hari kasih sayang untuk mengingat pengorbanan St. Valentinus, sang pejuang cinta.


SEJARAH KEDUA

Adalah Roma kuno, dimana laki-laki menganiaya wanita dengan cara memukul mereka.

Dari 13 Februari sampai 15, orang-orang Romawi merayakan hari raya Lupercalia. Orang-orang mengorbankan seekor kambing dan seekor anjing, kemudian mencambuk wanita dengan kulit dari binatang yang baru saja mereka bunuh.

Orang-orang Romawi "sedang mabuk. Dan mereka telanjang," kata Noel Lenski, seorang sejarawan di University of Colorado di Boulder. Wanita-wanita muda benar-benar akan berbaris untuk dicambuk oleh laki-laki, kata Lenski. Mereka (para wanita) percaya ini akan membuat mereka subur.

Festival brutal ini juga termasuk undian jodoh, di mana pemuda menarik nama-nama perempuan dari stoples. Pasangan ini kemudian akan dipasangkan sampai selama festival ini - atau lebih, jika benar-benar "serasi".

Bangsa Romawi kuno mungkin juga bertanggung jawab untuk nama "hari cinta" ini. Kaisar Claudius II mengeksekusi dua pria - keduanya bernama Valentine - pada tanggal 14 Februari di tahun yang berbeda dalam abad ketiga Masehi. kemartiran (kematian) mereka dihormati oleh Gereja Katolik dengan perayaan Hari Santo Valentine.
Kemudian, Paus Gelasius I "mencampurkan beberapa hal" pada abad kelima dengan menggabungkan St Hari Valentine dengan Lupercalia untuk mengusir ritual pagan. Tapi festival itu lebih merupakan interpretasi teater dari apa yang dul terjadiu. Dr Lenski menambahkan, "Sedikit lebih mengarah ke mabuk dan bersenang-senang, tetapi orang Kristen tetap merayakannya sebagai hari kesuburan dan cinta."

Sekitar waktu yang sama, Normandia merayakan Hari Galatin. Galatin berarti "pencinta perempuan." Mungkin kita akan bingung apa bedanya dengan Hari St Valentine di beberapa titik, sebagian karena pengartiannya sama-sama mirip.


SEJARAH KETIGA

Menurut Tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion. Bulan Gamelion adalah bulan yang dimana pada saat itu berlangsungnya pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Pada zaman Romawi kuno, tanggal 15 Februari adalah tanggal yang dikenal sebagai hari raya Lupercalia. Sebuah perayaan Lupercus, Dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Perayaan tersebut bertujuan sebagai ritual penyucian, yang dimana para Pendeta Lupercus akan mempersembahkan korban sembelihan kambing kepada Dewa. Setelah meminum anggur, mereka akan berlari-lari disekitar jalanan kota Roma sambil membawa potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai dijalan. Sebagian ahli sejarah mengatakan ini sebagai salah satu sebab cikal bakal Hari Valentine.

Sedikit catatan:
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”. Si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari. Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri.

Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar