Sabtu, 11 Februari 2012

HELLOFEST8 (Part 2)


Pukul 3 kurang beberapa menit, aku tiba di asrama. Taufik sudah lebih dulu datang. Di atas Jupiternya terlihat jas hujan terbentang. Taufik rupanya juga menerebas hujan seperti aku demi menghadiri acara setahun sekali itu.

Azan pertanda telah tiba waktu untuk sholat Ashar telah dikumandangkan. Kami bertiga menuju masjid terdekat untuk menunaikannya sebelum berangkat.

Dalam perjalanan sepulang dari masjid, Taufik mengatakan ada perubahan rencana. Kami yang awalnya akan menggunakan motor ke Balai Kartini, terpaksa harus memakai kendaraan umum untuk mencapai sana. Aku menyetujui saja rencana itu, karena ia mengatakan kalau kekeh menggunakan motor akan terjebak macet di putaran lampu merah.

Kami bersiap-siap, dan ada seorang teman yang diluar rencana ikut bersama kami. Aku tak tahu bagaimana awal ceritanya sampai orang itu ikut kami. Tak masalah buatku. Makin banyak yang ikut, makin asyik.

Kami jalan kaki dari asrama menuju depan Universitas Paramadina untuk mencegat angkutan umum. Sebuah bus mini berjulukan Kopaja menjadi pengantar kami berempat ke tempat diselenggarakannya acara Hellofest. Tak jauh dari pertigaan Trans TV, seorang bapak-bapak menghentikan Kopaja. Ketika hendak memasuki bus mini reot itu, sang sopir yang tak sabaran menancap gas. Alhasil sang bapak-bapak tadi itu terpental ke luar dan bergerak seperti pinball yang memantul ke pagar halter dan bodi bus bobrok itu. Penumpang yang menyaksikan berteriak kepada sang sopir untuk menghentikan laju Kopajanya. Sang bapak pun naik dengan wajah menahan sakit. Tak tahu kenapa, sang bapak berhenti tak jauh dari tempat ia naik tadi. Aku menduga si bapak salah naik jurusan. Karena sebelumnya sempat terlihat menghampiri kondektur. Ketika bapak tersebut turun dari Kopaja, sang sopir dan kondekturnya terlihat mengumpat dan jengkel dengan apa yang dilakukan si bapak tadi. Namun dalam hati aku mengumpat mereka berdua. "Gak punya otak, wong kalian jelas-jelas tadi yang salah kok malah nyalain si bapak itu". Itulah mengapa saya paling MEMBENCI para sopir dan kondektur angkutan umum di JAKARTA. Berhenti dan memotong jalan seenaknya tanpa memikirkan pengendara pribadi (khususnya motor) yang ada di sekitarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar