Karena menurutku gambar tersebut mewakili kami berdua, sepasang sahabat. Kami akan bahu-membahu menghadapi sulitnya kehidupan, meski pada kenyataanya Ulullah yang sering membantuku keluar dari problematika hidup.
Atika atau yang aku panggil Tikitik merupakan sahabat yang bisa dibilang jauh lebih cerdas dan jago dibandingkan aku. Tak heran aku lebih banyak menanyakan pelajaran yang tak aku mengerti kepadanya. Hampir tiap malam aku menanyakan apakah adakah pe-er buat besok, hal itu dikarenakan waktu itu aku masih malas mencatat tugas-tugas yang diberikan para guru sehingga harus rela dimarahi orang tua akibat biaya telepon yang membengkak. Dan aku bersyukur memiliki sahabat seperti Tikitik. Meskipun ia sedikit kekanak-kanakan, tapi ia sahabat yang cerdas, dan selalu mendengarkan curhatanku.
Tursina Andriani, sosoknya yang pendiam itu membuat aku paling merasa nyaman saat bersamanya. Kami seperti yin dan yang dalam ilmu cina. Dengan Tursi aku sering bersurat-suratan dan saling mengirim puisi bikinan masing-masing. Dan suatu hari ia memberikan aku sebuah puisi yang tak wajar. Ia menulis sebuah puisi tentang persahabatan berjudul Sobat di atas selembar tisu yang biasa dipakai di pesta-pesta.
*******
Dalam perjalanan hidup ini cinta bisa tercipta begitu saja tanpa minta izin kepada sang pemilik hati yang hendak disinggahinya.
Cinta bisa datang kapan saja, dan kepada siapa saja yang bernafas. Dengan cinta kita bisa mengalami anomali kehidupan. Kita bisa menjadi orang yang jauh berbeda dari sebelumnya. Kita bisa menjadi orang yang lebih lemah, dan kita pun bisa menjadi orang yang lebih kuat dari biasanya. Penglihatan kita seketika menjadi buta. Kita sering kesusahan dalam membedakan mana yang benar, dan mana yang salah. Dan pikiran kita pun sering dikotori oleh bayangan sosok sang pujaan. Kita jadi sering tidak berpikiran jernih dan menganggap semua yang kita perbuat benar. Bahkan sampai ada istilah “dosa terindah” di kala seseorang tengah kasmaran. Itu semua dampak ajaib dari sebuah perasaan yang dinamakan cinta. Apabila cinta tidak disertai dengan keimanan dan pikiran sehat, maka cinta itu dapat berubah menjadi bumerang yang akan menghancurkan hidup kita nantinya.
Semua orang berhak mencintai dan dicintai. Terlepas dari benar atau salah, setiap orang berhak memiliki orientasi cintanya masing-masing. Setiap individu pun berhak memilih untuk menjadi kaum mayoritas ataupun minoritas. Tak ada satu orang pun yang berhak mencampuri urusan percintaan seseorang, meski keluarga ataupun sahabat sekalipun. Namun, kita tetap memiliki hak untuk mengingatkan seseorang apabila ia telah melampaui batas. Hanya sebatas mengingatkan, bukan untuk menghakiminya.
*******
Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, persahabatan bisa bermula dari sesuatu di luar pertemanan. Dan aku pun pernah mengalaminya.
Mungkin terdengar gila, tapi inilah realita yang ada. Aku memiliki seorang sahabat bernama Dewi Permata Sari, yang notabene “musuh” sewaktu SD. Dan secara ajaib, beberapa bulan setelah masuk SMP, ada sesuatu yang salah dalam diriku.
Aku tak tahu sejak kapan perubahan ini mendekam dalam diriku. Semua terjadi begitu saja, seperti angin yang menyusup lewat pori-pori kulitku.
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar