Selama ini aku dikenal sebagai orang yang pendiam. Lebih tepatnya sangat pendiam atau tertutup mungkin. Entah mengapa aku dibilang demikian, mungkin karena aku lebih memilih diam secara lisan tapi cerewet secara tulisan. Begitulah aku, jika berbincang orang secara langsung kerap kali ada sesuatu yang memberatkan lidahku untuk berbicara banyak. Namun, ketika aku berbincang melalui peran media baik cetak ataupun elektronik dengan lancar tercurahkan seluruh yang ingin aku sampaikan. Dengan keadaan yang seperti itu, aku jadi gemar menulis --- terutama cerpen.
Sampai hari ini aku tak tahu mengapa aku bisa seperti itu. Tapi kalau dipikir-pikir, sepertinya itu disebabkan oleh masa laluku. Aku tak mau membicarakannya lagi. Dikarenakan sikapku yang demikian membuat kerugian dalam lisanku. Aku sering kesusahan berkomunikasi dengan orang secara lisan, selain itu nada bicaraku yang terkesan sama sekali tidak jelas. Untuk nada bicaraku yang tidak jelas itu, banyak sekali orang di sekitarku kesusahan mengerti apa yang aku bicarakan, terlebih banyak juga yang sama sekali tak menganggap apa yang aku utarakan. Maka dari itu, aku lebih suka berkomunikasi secara tulisan.
Meski sering aku menyesali akan nada bicaraku, aku tetap bahagia menjalani hidup ini. Di antara orang-orang yang membenciku, masih ada segelintir orang yang menerima aku apa adanya. Mereka adalah keluarga dan para sahabat setiaku. Merekalah orang-orang yang sanggup membuat aku bertahan hingga hari ini.
“Aku manusia yang tak boleh menyerah. Sesulit apapun hidup ini, aku percaya keluarga dan sahabat selalu berdiri di belakang untuk mendukungku,” tekadku dengan nada pasti di depan cermin kamarku.
*******
Aku menghabiskan hidupku dalam dunia pikiranku yang sempit. Akan tetapi dari kesempitannya aku menemukan sosok-sosok sahabat yang sanggup membukakan pintu-pintu ke dunia yang lebih luas lagi. Lewat seluruh cerita yang mereka sampaikan pasti ada sesuatu yang mampu untuk aku ingat dan sanggup menjadi inspirasiku dalam menulis. Banyak sekali hal-hal indah yang mampu menjadi kenangan buatku, termasuk sebuah kesedihan. Banyak orang yang menganggap sebuah kesedihan itu tak layak untuk dijadikan hal yang indah, apalagi dimasukkan ke dalam sebuah kenangan. Tetapi bagiku, di balik air mata kesedihan itu tersisipkan harapan-harapan yang indah. Harapan untuk berkeinginan guna melepaskan diri dari belenggu kesedihan.
Sama halnya kesedihan, di balik tawa bahagia yang manusia lontarkan sebenarnya tersimpan ketakutan akan suatu hari nanti bila terjatuh dan menangis. Memang begitulah kita menjalani kehidupan ini. Menginginkan hitam ketika putih, dan mendambakan putih di kala hitam.
*******
Bersyukur aku atas segala rahmat dari karuniaNya. Di antara sekian banyak tanda kasih sayangNya yaitu mengizinkan aku memiliki banyak sahabat yang setia padaku hingga hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar