Minggu, 15 Agustus 2010

Penangkapan Ba'asyir Tidak Berkeprimanusiaan

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai, cara penangkapan yang dilakukan polisi terhadap pimpinan Pondok Pesantren Al Mumin di Desa Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, Abu Bakar Baasyir tidak tepat. "Saya memprotes cara penangkapan seperti itu (kekerasan-red)," kata Din Syamsuddin, Sabtu (14/8), di Jakarta.

Menurut Din, Abu Bakar Baasyir adalah tokoh agama dan telah berusia lanjut. Apalagi kondisi Ba`asyir lelah setelah mengisi pengajian di Kota Bandung dan Kota Banjar, Jawa Barat. Jika penangkapan Noordin M. Top, Dr Azahari, atau lainnya yang diduga melengkapi diri dengan bom, boleh saja dilakukan dengan cara kekerasan. "Tapi penangkapan terhadap Abu Bakar Baasyir kurang tepat," ulang Din. Penangkapan Ba`asyir dianggap bisa menjadi preseden buruk karena akan membuat trauma para dai dan mubalig mengisi pengajian.

Kendati memprotes cara penangkapan Ba`asyir, Din bukan bermaksud menghalang-halangi upaya pemberantasan terorisme. "Saya mendukung pemberantasan terorisme karena terorisme adalah musuh negara dan musuh agama, terutama Islam. Tidak ada satu agama apapun yang membenarkan terorisme," kata Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia ini.

Namun, lanjut Din, dalam pemberantasan terorisme yang dilakukan polisi sebaiknya tetap mengindahkan aturan-aturan hukum yang berlaku. Tentu saja termasuk hak asasi manusia (HAM), dan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi etika kesantunan.

Selain itu, penangkapan pimpinan Jamaah Ansarul Tauhid Abu Bakar Ba’asyir oleh Densus 88 Mabes Polri diduga sarat dengan rekayasa.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, usai acara diskusi bertajuk Merdeka Tapi Cemas, di Jakarta, Sabtu (14/8/2010).

"Ini merupakan bagian dari rekayasa, sangat berjarak dekat dengan pernyataan Presiden tentang keterancamannya. Pernyataan Presiden seperti itu kemudian ada aksi lanjutan dari kepolisian, sehingga dengan logika sederhana banyak orang membuat spekulasi jika ini adalah skenario," katanya.

Namun Din mengaku tidak memiliki bukti dugaan adanya rekayasa dalam aksi penangkapan tersebut. Dia menilai kasus serupa pernah terjadi, seperti dituturkan Ketua Komisi Yudisial (KY) dalam disertasinya terkait kelompok Komando Jihad yang muncul karena sebuah skenario.

Kelompok yang mengatasnamakan umat Islam tersebut bertujuan untuk mendeksreditkan umat Islam dan figur tertentu.

"Dengan mendorong sangat mudah mengaku Islam, mendirikan negara Islam, tapi mereka orang bayaran sehingga bisa mendiskreditkan umat Islam dan figur-figur tertentu. Spekulasi itu absah adanya," tambahnya.

dikutip dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar