Rabu, 18 Januari 2012

Rahasia di Balik Cerpen-Cerpenku 2

Sebelumnya saya telah membahas rahasia di balik cerpen Sebuah Nisan. Dan pada postingan kali ini, saya akan melanjutkannya dengan menulis rahasia di balik Kenangan dalam Tetesan Hujan.

Kenangan dalam Tetesan Hujan merupakan cerpen yang menceritakan kenangan-kenangan saya di masa lalu banyak terjadi di saat hujan turun. Di antaranya kenangan saat berhujan-hujanan sepulang dari latihan drama Bahasa Indonesia, dan ketika saya meminta Zulaikhah mengantar saya pulang dengan Vega R hitamnya. Padahal sebelum mengantar pulang saya, Zulaikhah harus menjemput adiknya di salah satu SD di rungkut.

Sebenarnya saya tidak tertarik untuk menulis sebuah cerpen lagi setelah berhasil menyelesaikan Sebuah Nisan, karena tugas-tugas semester 3 yang membutuhkan waktu dan tenaga (juga biaya) yang lebih dibanding dua semester sebelumnya. Namun, karena suatu malam Zulaikhah "merangsang" saya, akhirnya saya putuskan untuk kembali "bercinta" dengan dunia tulis menulis; khususnya cerpen.

Saya masih ingat awal penulisan cerpen Kenangan dalam Tetesan Hujan. Yakni ketika hujan turun di suatu malam, Zulaikhah tiba-tiba mengeteks (SMS) saya:

hujan adalah awal cerita kita..
masih ingatkah ketika dulu hujan mengguyur kita di sekolah?
kau memintaku untuk mengantarkanmu pulang.
masih ingatkah ketika hujan mengguyur kita disana?
dan giliran kau mengantarkan aku pulang.
hujan membuat aku ingat akan cerita masa itu. Coba buaten cerpen itu!

Memang saya sering SMS-an dengan dia. Tapi ketika malam itu, suasana hujan, dan mendadak ia mengeteks seperti itu, spontan saya terpacu untuk menulis sebuah cerpen berdasarkan kenangan di balik hujan sewaktu SMP. Pada awalnya saya berencana memberikan judul Memori di Balik Tetesan Hujan, namun dirasa kurang pas maka saya menggantinya.

Saya masih ingat ketika saya meminta diantarkan pulang oleh Zulaikhah. Sewaktu itu, hujan rintik-rintik tengah turun membasahi daerah Rungkut, Surabaya. Saya yang biasanya jalan kaki bersama Nur Arifudin, Yudi S., dan Satria Angga P., kali itu tengah malas untuk melakukan rutinitas tersebut. Saya yang mengetahui Zulaikhah membawa motor tak menyia-nyiakan kesempatan untuk memintanya mengantarkan saya sampai rumah. Pada awalnya Zulaikhah tampak canggung karena harus menggonceng cowok, namun dengan sedikit "paksaan" akhirnya ia bersedia memberikan saya tumpangan. Sebelum mengantarkan pulang, ia membawa saya ke sebuah SD yang merupakan tempat adik lelakinya menimba ilmu. Kami menunggu di bawah sebuah pohon yang letaknya tak seberapa jauh dari pintu gerbang SD. Selain kami, telah banyak wali-wali murid yang ingin menjemput buah hati mereka. Tentu karena kebanyakan mereka wanita, jadi menjemput anak merupakan ajang untuk sekalian bergosip ria. -,0

Setelah menunggu kurang lebih 20 menit, "kepala-kepala" berhampuran keluar dari gerbang SD itu. Satu persatu wali murid tadi meninggalkan tempat. Setiap anak yang melintas di hadapan kami, Zulaikhah mengamatinya dengan seksama. Namun sosok adiknya itu tak kunjung terlihat juga. Zulaikhah mulai berada dalam situasi campuran cemas dan jengkel. Kami pun hampir menjadi yang terakhir meninggalkan tempat. Karena tak kunjung nongol juga adiknya, Zulaikhah pun tambah tenggelam dalam perasaan was-wasnya, ia memutuskan untuk bertanya langsung kepada gurunya. Ia meninggalkan aku sendiri di atas Veganya. Ternyata, adiknya telah pulang bersama temannya sedari tadi. Pantas saja kami tidak bertemu. Dan dari situ ia langsung mengantarkan saya pulang. Dan kenangan bersama Zulaikhah itu menjadi kenangan berkesan yang akan saya bawa sampai nanti.

Seperti yang saya bilang tadi, Kenangan dalam Tetesan Hujan merupakan cerpen yang menceritakan beberapa kenangan di masa lalu, maka selain peristiwa diantarkannya saya oleh Zulaikhah, saya mencoba memasukkan kenangan pertama saya merasakan "cinta" (karena kata orang seumur saya waktu itu baru mengenal cinta monyet bukan cinta dalam makna sesungguhnya). Namun, kenangan "cinta" pertama saya itu tidak ada hubungannya dengan hujan yang turun, meskipun kenyataannya saya tetap "hujan" karena ditolak. Tapi kenangan biarlah menjadi peristiwa di masa lalu. Meski ditolak, sampai hari ini saya dan dia masih berhubungan. Malah kami semenjak kejadian itu menjadi sahabat, dan kini kami sudah seperti saudara karena saking dekatnya. Ternyata persahabatan pun bisa berawal dari sebuah ketertarikan laiknya orang normal, tak selalu dengan pertemanan yang lambat laun menjadi akrab satu sama lain. Itulah keindahan persahabatan bagi saya, tak peduli bagaimana pun awalnya, yang namanya sahabat akan selalu menjadi sosok yang tak tergantikan. ^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar